Amsal 13 –
“Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.” Ketaatan akan selalu menghasilkan buah yang manis, dan berjalan bersama Tuhan itu rasanya sungguh luar biasa. Tuhan menjanjikan dalam banyak kesempatan bahwa Dia sanggup melimpahkan berkatNya ketika kita mau taat kepada firmanNya. Tuhan selalu menepati janjiNya. Apabila kita taat, maka ada reward atau hadiah yang diberikan Tuhan kepada kita. Dia akan memberkati bahkan ditambahkan berlipat-lipat. Adalah benar bahwa dalam mempertahankan ketaatan kita bisa jadi harus siap berhadapan dengan berbagai kesulitan atau harus mengalami kerugian. Tapi percayalah bahwa Tuhan memperhitungkan segala yang kita perbuat dan putuskan. Jika memang harus mengalami kesulitan untuk sementara waktu, mengapa tidak? Bukankah Tuhan Yesus sudah mengingatkan bahwa “setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Matius 16:24)? Belajarlah untuk senantiasa berlaku taat dan jujur, dalam hal sekecil apapun. Ketika anda memilih untuk taat dan melakukan sesuai Firman, Tuhan sanggup memberkati anda berlipat kali ganda. Do our part and let God do His. Tuhan akan selalu menepati janjiNya.
Amsal 14:30
– Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang. – ri hati berasal dari perasaan tidak puas terhadap diri sendiri karena melihat keberadaan orang lain. Rasa iri bisa melanda siapa saja dan di mana saja: di gereja ada yang iri hati karena orang lain lebih menonjol pelayanannya; di tempat kerja ada yang iri hati pada rekan yang lebih berhasil dan menduduki jabatan yang lebih tinggi; di dalam keluarga ada yang iri hati karena kakak/adik lebih diperhatikan orangtua dan sebagainya. Iri hati tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga sangat merugikan diri sendiri. Daripada membuang energi untuk iri, belajarlah melihat potensi terbaik yang ada di dalam diri kita, dan kembangkan terus. Bila kita fokus pada apa yang kita miliki kita akan bersyukur apa pun keadaan kita; namun bila kita tertuju pada apa yang tidak kita miliki dan melihat keberdaan orang lain terus, kita akan selalu berpikiran negatif dan tidak bisa bersyukur.
Amsal 15 –
Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi. Dalam berhubungan dengan sesama, kita sering kali tidak dapat luput dari konfrontasi. Konfrontasi atau menegur memang sulit dilakukan, sebab mengandung bahaya “kehilangan” hubungan tersebut. Oleh sebab itu, banyak orang lebih suka menghindari konfrontasi daripada melakukannya. Bagaimana kita dapat memberikan teguran sehingga membangun dan menumbuhkan orang yang kita tegur? Kita perlu belajar untuk menyatakan perasan hati kita, bukan kemarahan kita. Teguran yang disampaikan dengan memaki-maki, menyerang dan menjatuhkan biasanya tidak akan efektif bagi kedua belah pihak. Orang yang dimaki-maki atau diserang tidak mungkin mau mendengar, apalagi berubah oleh teguran itu. Akibatnya besar kemungkinan hubungan itu menjadi terputus. Menegur bukanlah hal yang gampang untuk dikerjakan tapi harus dilakukan untuk membangun orang lain dan juga diri kita sendiri.
Amsal 16 –
Penguasaan diri atau pengendalian diri adalah salah satu aspek dari buah Roh. Penguasaan diri adalah kemampuan Ilahi yang diberikan Tuhan kepada orang percaya: merupakan ketetapan hati serta pikiran untuk menahan dan mengendalikan dirinya agar ia bereaksi, berbicara, berpikir dan bertindak sesuai dengan firman Tuhan. Penguasaan diri bisa juga diartikan sebagai sikap kehidupan yang tegas, baik terhadap orang luar maupun terhadap diri sendiri dan juga terhadap keinginan-keinginan duniawi. Ketika kita tahu sesuatu itu salah, kita harus tegas terhadap diri sendiri dan berkata: tidak! Jadi, ketika kita berbicara mengenai penguasaan ini kita berbicara mengenai dua hal yaitu berlatih dan berjuang. Kata tembok tidak hanya berbicara mengenai batasan suatu wilayah, namun juga bisa diartikan sebagai keamanan dan ketenangan. Ketika tembok tegak berdiri, tembok tersebut berfungsi untuk memberikan keamanan; tapi jika tembok itu roboh, siapa pun yang tinggal di dalam kota itu pasti tidak akan merasa aman dan tenang lagi. Kota yang roboh temboknya akan dengan mudah diporakporandakan oleh musuh. Begitu juga seseorang yang memiliki karunia yang luar biasa: pelayanan atau karir yang diberkati Tuhan, namun tidak dapat menguasai diri, maka Iblis akan dengan mudah menyerang hidupnya berkali-kali.
Kita harus bisa menguasai diri; dalam hal apa?
1. Emosi,
2. Ucapan,
3. Hawa Nafsu.
Tanpa penguasaan diri, apa pun yang kita kerjakan tidak akan berhasil!
Amsal 17 –
Hati yang gembira dan pikiran yang ceria (positif) bisa menjadi obat yang mujarab dan menyembuhkan. Kapan Saudara memiliki hati yang gembira? Ketika hutang-hutangku sudah terbayar lunas, hati jadi gembira; hatiku bergembira kala melihat anak-anak tumbuh dengan sehat dan pintar; hatiku bergembira karena aku lulus dengan nilai memuaskan dan diterima di sekolah favorit. Bergembira saat kita mengalami dan merasakan hal-hal yang menyenangkan, itu wajar. Bagaimana jika kita sedang menghadapi masalah, terbaring lemah karena sakit, dapatkah hati kita bergembira? Banyak cara dilakukan orang untuk menjaga hatinya agar bergembira, salah satunya adalah dengan mendengarkan musik. Ketika kita mendengarkan musik kita turut bersenandung dan hati pun terhibur. Jika kita memiliki hati yang gembira tugas yag berat pun terasa ringan untuk dikerjakan, sepertinya ada energi baru yang mengalir. Sebaliknya jika hati kita suntuk, sedih dan stres, seringan apa pun pekerjaan, terasa berat untuk dikerjakan. Kita menjadi lemah dan tak berdaya. Mana yang Saudara pilih: terus menggerutu dengan muka masam selama menghadapi masalah, atau menghadapi masalah dengan hati tetap gembira? Jika hati kita semakin gembira kita akan menjadi semakin sehat.
Bahkan di dalam Amsal 15:13 dikatakan: “Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.” Ternyata selain menjadi obat yang manjur, hati yang gembira membuat muka kita menjadi berseri-seri, dan orang lain pun akan senang melihatnya.
Mari belajar tetap bergembira di segala keadaan sehingga orang di sekeliling kita juga terkena dampak positifnya. Belajarlah menikmati apa pun yang sedang kita kerjakan dan alami.
You must be logged in to post a comment.